Serpang sejatinya adalah nama dusun di Desa Sabiyan, Kecamatan Arosbaya, wilayah pinggiran sekitar sepuluh kilometer arah utara dari pusat pemerintahan Bangkalan. Sehingga bisa ditebak, asal-usul nasi serpang berasal dari Dusun Serpang yang diwariskan secara turun-temurun. Hingga kini, nasi serpang jadi penopang utama perekonomian warga di dusun itu.
Namun Kepala Desa Sabiyan, Hairis Zaman, mengatakan sebenarnya nasi serpang bukan berasal dari Dusun Serpang, melainkan dari dusun tetangganya, Dusun Timur Sungai. Untuk mencapai dusun ini harus melalui Dusun Serpang, 800 meter setelah jembatan, sampailah di Dusun Timur Sungai.
Dikenal dengan sebutan nasi serpang, karena penjual nasi dari Timur Sungai menjualnya di pinggir jalan Dusun Serpang. “Jadi, oleh pembeli disebut nasi serpang," kata Hairis menjelaskan kisah di balik nama nasi serpang.
Nasi serpang adalah hidangan yang kayak lauk-pauk. Tiap bungkusnya berisi sekepal nasi pulen dengan aneka lauk. "Meski nasinya tampak sedikit, tapi mengeyangkan," kata Nur Hadi, warga Bangkalan penyuka nasi serpang.
Mengenyangkan karena aneka lauk ini disajikan dalam “satu set”, tidak disajikan terpisah. Unsurnya sambal goreng kerang, rempeyek udang, empal goreng, kuah sik-usik yang sejatinya kerupuk kulit sapi dengan kuah santan kental. Ada juga pepes tongkol, telur asin, serta serundeng.
Rasa masing-masing lauk itu berbeda-beda. Sambal goreng kerang terasa gurih rada pedas dan ada manisnya. Rempeyek itu gurih karena udangnya segar. Sik-usik terasa kuat santan dengan bumbu kemerahannya. Sedangkan pepes tongkol, telur asin, dan serundeng, memperkaya rasa nasi petis. Serundengnya yang agak manis, terasa betul ketumbarnya.
Dengan lauk begitu banyak, jika dibandingkan volumenya, lebih banyak lauk ketimbang nasinya yang cuma sekepalan tangan. Dijamin Anda kenyang. Kenyang yang lezat.
Karena kelezatannya, makin hari nasi serpang makin dikenal luas. Nasi itu bisa diperoleh bahkan di Surabaya dan Malang. Padahal, di kampung asalnya, tidak mudah mendapatkan nasi serpang. Butuh perjuangan, karena harus bangun pagi agar kebagian saat membelinya.
Nasi serpang hanya dijual mulai pukul 05.30 hingga pukul 07.30. Porsinya pun terbatas hanya 30 bungkus per hari. "Jam 08.00 kami sudah pulang, dagangan habis," kata Sofiyah, penjual nasi serpang, penduduk Dusun Timur Sungai.
Bila lapak sudah tutup, banyak pelanggannya datang langsung ke rumahnya untuk makan. Di dinding rumah Sofiyah terpampang foto artis Helmi Yahya. Helmi, kata Sofiyah, pernah singgah untuk menyantap langsung nasi serpang di rumah pembuatnya.
Untuk kantong orang Madura dan porsi nasi yang mini, harga nasi serpang lumayan mahal, yaitu Rp 18 ribu per porsi. "Kalau bukan penikmat, gak akan beli. Ini agak mahal," kata Nur Hadi. Sofiyah membenarkan. Karena itu, pelanggannya kebanyakan etnis Tionghoa, baik di Bangkalan dan Surabaya.
Orang Madura sendiri, tutur Sofiyah, baru beli nasi serpang untuk 'hadiah' saat menjenguk orang sakit. "Ada guyonan, serpang nasinya orang sakit," ujarnya sambil tertawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar