Selasa, 06 Agustus 2019

Sejarah Kue Putu

Di Indonesia terkenal dengan berbagai kue tradisional. Beberapa diantaranya sulit ditemukan tetapi masih ada yang bisa ditemukan. Puthu bisa jadi kue tradisional yang agak sulit ditemukan di sejumlah daerah saat ini. Hal inilah yang terjadi di Kota Malang yang pada nyatanya dapat dihitung jari berapa warung yang menjajakan ini. Padahal kue ini memiliki nilai historis tersendiri di kebudayaan Indonesia, bahkan Asia.


Hasil gambar untuk gambar kue putu

Penggiat Sejarah di Jelajah Jejak Malang (JJM), Mochammad Antik (37) menerangkan, sejarah kue putu sebenarnya dapat ditemukan di "China Silk Museum". Bersamaan dengan penyajian teh longjin, kue ini dinilai sudah ada sejak 1200 tahun lalu, yakni di Dinasti Ming. Puthu di masa awalnya dikenal dengan sebutan XianRoe Xiao Long yang berarti kue dari tepung beras berisi kacang hijau yang amat lembut dan dikukus dalam cetakan bambu.

Nama puthu muncul dalam naskah sastra lama, Serat Centhini yang ditulis pada 1814 di masa kerajaan Mataram. kejadian penyebutan puthu ini diambil sekitar 1630 di Desa Wanamarta, Jawa Timur (Jatim). Desa ini kemungkinan besar berada di Probolinggo apabila melihat dari rute perjalanan pelaku cerita naskah, Syekh Amongraga dan Tambangraras.

Kata puthu muncul saat Ki Bayi Panurta meminta santrinya menyediakan hidangan pagi. Dari hidangan tersebut terdapat nasi goreng, nasi rames, nasi tumpeng dengan lauk ikan betutu dan kambing. Adapun minumannya terdapat serbat dan kopi sedangkan makanan sampingannya, serabi serta puthu.
Penyebutan puthu juga muncul di peristiwa lain dengan lokasi serupa, Desa Wanamarta. Di naskah Centhini disebutkan Nyai Daya dan Nyai Sumbaling tengah menyiapkan kudapan setelah shalat Subuh. Di hidangan tersebut terhidang gemblong, ulen-ulen, lempeng, serabi, puthu, jadah, jenang, dendeng balur, dendeng gepuk, pisang bakar, kupat, balendrang, jenang grendul, pisang raja dan wedang bubuk.

Dari dua kejadian ini ada hal menarik yang bisa ditarik. Kue puthu sepertinya selalu dihidangkan pagi hari. Pada masa itu seakan kue puthu itu sarapan pagi, camilan pagi atau mungkin makanan pembuka.
Sementara ihwal datangnya pengaruh puthu ke Indonesia kemungkinan terjadi saat Cina datang ke Indonesia. Kondisi ini terjadi sekitar masa awal perkembangan Islam atau kemunduran Kerajaan Majapahit. Lebih tepatnya terjadi sekitar 1368 sampai 1600-an.

Di masa tersebut, orang-orang Cina dari Laksamana Cheng Ho mulai menyebarkan Islam di Tanah Air. Seperti diketahui, bukan saja ada pengaruh agama di sana tapi juga terjadi akulturasi kebudayaan. Dengan kata lain, pengaruh puthu bersamaan kuliner Cina lainnya muncul di era tersebut.
Puthu di masa Dinasti Ming dikenal dengan isian kacang hijaunya sedangkan di Indonesia lebih pada gula merah. Perubahan ini bisa jadi karena menyesuaikan dengan situasi di lapangan. Karena pada masa itu kacang hijau sulit ditemukan sehingga diganti dengan isian gula merah.

Gambar terkait

Kue putu digemari (dari bahasa Jawa, puthu ) adalah jenis makanan Indonesia berupa kue yang berisi gula jawa dan parutan kelapa, tepung beras butiran kasar. Kue ini di kukus dengan diletakkan di dalam tabung bambu yang sedikit dipadatkan. Suara khas uap yang keluar dari alat suitan ini sekaligus menjadi alat promosi bagi pedagang yang berjualan.Kebanyakan warna dari kue putu ini adalah putih dan hijau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resep Nasi Kikil Jombang